Semua orang pada dasarnya suka memakai kaos. Itulah mengapa, situs-situs hebat seperti Threadless, Cotton Beaurau, selalu menghadirkan desain yang unik dan menarik demi mendapatkan pelanggan yang banyak dan loyal. Itulah juga mengapa, banyak distro yang menghadirkan desain kaos keren.
Sebelumnya, mari kita menelaah dulu, seperti apakah bisnis clothing atau jamak kita dengar sebagai bisnis distro itu?
Penjelasan yang sangat baik mengenai distro keluar dari lisan Febby Lorentz, founder dari Two Clothes. Begini penjelasannya, “Produk distro yang sebenarnya itu tidak mass product, tetapi unique product, dan ada treatment khusus yang tidak dapat dijelaskan dengan teori. Hanya bisa dijelaskan oleh yang terlibat di industri distro dan komunitas ini dari awal. Kalau kita lihat ke belakang, produk distro sebenarnya merupakan produk komunitas, bukan diciptakan oleh umum dan dijual ke komunitas , akan tetapi memang berawal dari kebutuhan komunitas yang dilihat oleh bagian dari komunitas itu sendiri. Misalnya, di komunitas skateboard, 50% main skateboard, 25% nongkrong sambil nonton skateboard, 25% lagi nongkrong tapi bisa melihat peluang yang 75% temannya butuh produk seperti kaos atau majalah, karena mereka terlibat di situ, dan punya deep connection dengan komunitas tersebut, mereka tahu kebutuhan teman-temannya, dari situ muncullah t-shirt, majalah indie, band indie, yang tadinya hanya untuk teman-teman atau komunitas sendiri, makin berkembang makin ramai yang ikut-ikutan, orang luar melihat momen ini lalu berusaha menjadi bagian, tetapi gagal. Akhirnya pasar merasa bosan karena dijejali terus. Menurut saya pengusaha umumnya berpikir supply sebanyak mungkin supaya income besar, tapi sulit berlaku di komunitas penggemar t-shirt di Bandung, karena tipikal anak muda di sini banyak yang idealis, dan tidak mau pakai baju sama.”
Febby kemudian melanjutkan penjelasannya, “Sekarang, banyak yang buat distro bangkrut, penjualan teman-teman yang memang bergerak dari grassroot, kemudian community root jadi kena imbasnya. Sekarang seperti itu kejadiannya, sedangkan yang latah oportunis itu mencari bisnis. Sedangkan saya dan teman-teman yang lain memang bisa dibilang seniman, saya buat 100 biji, kalau laku ya alhamdulillah, kalau tidak laku, ya saya bagikan ke teman-teman. Teman-teman senang, komunitas senang, yang penting ide yang saya punya untuk berkarya sudah disalurkan dalam bentuk produk, beda dengan prinsip oportunis pebisnis, mereka berpikir bagaimana menjual produk yang bisa dijual ke orang. Yang saya lihat, clothing dan distro yang bisa bertahan itu yang punya konsep yang jelas, karakter jelas. Dari keseluruhan distro yang ada menurut saya 85%-nya latah, konsepnya urban streetwear yang mass, umum. 15%-nya punya karakter, tiap brand punya ciri khas masing-masing, ditambah strategi mereka untuk bisa bertahan, jika sudah bisa masuk ke komunitas khusus akan lebih kuat.”
Sebagaimana kita tahu, anak-anak zaman sekarang sangat mengganduri dengan yang namanya distro. Itulah mengapa, sebagai orang kreatif, kita harus memanfaatkan kesempatan ini. Kita harus bisa juga berbisnis kaos. Nah, sebagai seorang calon pebisnis kaos
No comments:
Post a Comment